Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyambut baik gagasan duet Capres NU-Muhamamdiyah yang digagas oleh ICMI Muda.
Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Katib ‘Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, saat menerima kunjungan silaturahmi ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslin se-Indoensia) Muda di lantai 4 Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, pada Kamis (04/08/2022).
“Insyalloh ide ini akan kita sampaikan ke Rais ‘Aam”. Jelas KH Akhmad Said Asrori merespon gagasan duet Capres NU-Muhammadiyah dari ICMI Muda.
Hal senada juga disampaikan oleh Rais Syuriah PBNU melalui KH. Moch. Chozien Adenan.
“Kami sangat berterima kasih. Setidaknya apa yang memang sudah menjadi agenda besar dari PBNU, sekarang ini ada pendorong. Karena bagaimanapun, Indonesia ini rumah kita. Kita selama ini, diakui atau tidak, menjadi ahli waris dari para pendiri rumah itu. Tidak mungkin akan kita biarkan. Cuma masalahnya, hal-hal yang kayak begini menyangkut strategi. Jadi nanti ini harus disampaikan ke Rais ‘Aam. Rais ‘Aam punya hak veto”. Jelas KH. Moch. Chozien Adenan (Rais Syuriah PBNU) kepada jajaran pengurus ICMI Muda.
Dalam kunjungan tersebut Majelis Pimpinan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Muda Pusat diterima langsung oleh Katib ‘Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori.
Mengawali diskusi Kiai Said Asrori mempersilahkan MP ICMI Muda Pusat menyampaikan agenda silaturahmi dan kunjungannya.
Dr. H Tumpal Panggabean Ketua Presidium ICMI Muda menyampaikan rasa terimakasih atas kesediaan PBNU menerima kunjungan dan sialturahmi ICMI Muda. Tumpal memperkenalkan rombongan dan juga menjelaskan tentang struktur organisasi ICMI Muda dan program-program strategis dan berharap dapat bersinergi dan berkolaborasi dengan PBNU. ICMI Muda juga memohon bimbingan dari PBNU dan para kyai.
Pertemuan kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari Ketua Majelis Istiqamah AM Iqbal Parewangi. AM Iqbal Parewnagi menyampaikan berbagai peran strategis NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan menguraikan gagasannya tentang duet Capres NU-Muhamamdiyah.
“ICMI Muda sangat konsern dengan setiap komitmen menuju Indonesia yang jaya dan bermasadepan cemerlang. Indonesia yang konsisten menjalankan amanah konstitusi dan Pancasila, dengan berlandaskan Ketuhanan YME. Indonesia yang bermuruah menuju cita-cita baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
“Yang lain, komitmen untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai kiblat baru peradaban Islam, seperti dinyatakan Prof Nasaruddin Umar di acara Inisiatif Ekonomi Masjid, akhir Juli 2022 lalu. Indonesia, khususnya, sebagai negara berpopulasi muslim terbesar dan mayoritas”. Urai AM Iqbal Parewangi.
AM Iqbal Parewnagi menambhkan tentang situasi politik saat ini tentang pentingnya membangun langkah-langkah kepemimpinan yang nyata untuk Indonesia.
“Komitmen menuju Indonesia Emas dua dasawarsa mendatang, tidak lama lagi, misalnya. Tentu saja setiap komitmen meniscayakan adanya ikhtiar berupa langkah-langkah berkepemimpinan yang nyata, tertata, berfastabiqul khaerat, dan segera dimulai.Terkait pentingnya ikhtiar itu, Ramadhan lalu ICMI Muda bekerjasama dengan berbagai pihak melaksanakan Ngaji Kepemimpinan setiap sore sebulan penuh.
“Salah satu kesimpulan pentingnya adalah bahwa kepemimpinan nasional seharusnya berada di tangan tokoh-tokoh yang berintegritas tinggi dan didukung oleh kekuatan umat. Itu keyakinan rasional kami. Yang kami maksudkan adalah kepemimpinan nasional di tangan duet NU dan Muhammadiyah”. Tambah AM Iqbal parewangi.
“Ringkasnya, penting mewujudkan kepemimpinan umat untuk bangsa. Dan ikhtiar terdekatnya lewat gerakan “Pilpres 2024, Duet NU-Muhammadiyah”. Papar AM Iqbal Parewangi kepada pengurus PBNU.
Am Iqbal Parewangi juga mengungkapkan alasan-alasan mengapa penting duet Pilpres NU-Muhamamdiyah. menurutnya alasan statistiknya, sekitar 54 persen pemilih di Indonesia berafiliasi dengan NU dan Muhammadiyah. Bagaimana mengkonversi angka statistik itu ke dalam bentuk dukungan kendaraan partai politik, tidak sulit jika NU dan Muhammadiyah bersedia duet. Selanjutnya bagaimana? ICMI Muda siap berkolaborasi dengan segenap komponen muda umat dan bangsa untuk bergerak maksimal.
“Alasan strategisnya, menunda tampilnya Duet NU-Muhammadiyah di puncak kepemimpinan nasional sama saja menunda kejayaan Indonesia.” Jelas AM Iqbal Parewangi.
Merespon hal tersebut katib Aam PBNU Kyai Said Asrori menyampaikan terimakasih dan akan memperbincangkan gagasan tersebut.
“Ide ini akan menjadi perbincangan, akan kami perbincangkan. mungkin tidak di dalam gedung PBNU ini, tidak dalam badan perkumpulan NU”. Jelas Kyai Said Asrori kepada Pengurus ICMI Muda.
Kiai Said Asrori menegaskan bahwa PBNU secara organisasi tidak akan terlibat dalam kegiatan politik praktis.
“Dalam hal Pilpres, NU sebagai jam’iyah tidak akan ikut membicarakan tentang siapa calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024. Karena ini bukan domain PBNU dan bukan sesuatu yang harus diputuskan di dalam badan perkumpulan NU.” ungkap Kiai Said Asrori
“Politik PBNU adalah politik kebangsaan, bukan politik praktis. NU bukan jamiyah siyasiah, NU bukan jamiyah iqtisadiyah, NU adalah jamiyah diniyah ijtimaiyah ahlussunnah wal jamaah. Karenanya soal Capres itu harus dibahas dan diperbincangkan di luar kantor PBNU”. Tegas Kayi Said.
Meski demikian, menurut Kyai Said menyampaikan bahwa kader atau individu dari NU tentu berpolitik, dan kader NU ada dimana-mana. Ada di lintas Parpol lintas organisasi.
Terkait dengan peluang kerjasama, PBNU membuka ruang membangun kerjasama dengan ICMI Muda Pusat yang dapat memberikan manfaat kepada umat, terutama pada konteks pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan, ekonomi, dan kerjasama lainnya tentu dalam upaya mewujudkan apa yang menjadi Visi PBNU. Dan ini menurutnya dapat dibicarakan dalam silaturahmi-silaturahmi lanjutan antara PBNU dengan ICMI Muda.
Kiai Said Asrori juga menjelaskan kepada para pengurus ICMI Muda tentang kelembagaan NU. Dijelaskan, NU terdiri dari syuriyah dan tanfidziyah mulai dari tingkat pengurus besar, wilayah, cabang, ranting, bahkan sampai anak ranting. Kyai Said juga menyampaikan hajatan besar satu abad NU, salah satu agenda strategisnya adalah fiqih peradaban bersama 280 halaqoh yang akan digelar di Yogyakarta.
Kyai Said juga menyinggung peran NU menyikapi situasi global seperti ancaman krisis pangan dan energi, krisis Ukraina-Rusia, konflik luar negeri, yang dampaknya ke sleuruh dunia. Menghadapi situasi tersebut PBNU aktif melakukan kordinasi baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.
Pertemuan kemudian diakhir dengan ramah tamah dan foto bersama antara pengrus MP ICMI Muda Pusat dengan PBNU.